Ajang ratu kecantikan Miss America kembali menjadi relevan pada Minggu dengan terpilihnya Nina Davuluri , gadis berusia 24 tahun yang cerdas dan terbuka dan kontestan keturunan India pertama yang berhasil memenangkan ajang tersebut - hingga orang-orang yang tidak bertanggung jawab di Internet melontarkan komentar-komentar rasis.

Pada saat Davuluri dinobatkan sebagai pemenang kontes Miss America, komentar-komentar rasis membanjiri Twitter dan menunjukkan sisi buruk dan ketidakpahaman yang tampaknya masih menjadi bagian dari semangat nasionalisme Amerika Serikat. 

“Jika kamu #Miss America, kamu harus menjadi warga Amerika Serikat,” tweet salah seorang pengguna Twitter.

“KAPAN PEREMPUAN KULIT PUTIH MEMENANGKAN #MISSAMERICA? KAPAN??!!,” tweet salah seorang pengguna Twitter lainnya.

Beberapa pengguna lainnya mengaitkan Davuluri dengan tragedi pengeboman 9/11: 

“Perayaan tragedi 9/11 empat hari yang lalu, dan ia (Davuluri) dinobatkan sebagai Miss America?,” ujar salah seorang pengguna Twitter. 

Seorang pengguna lainnya melontarkan komentar,”Lebih menyerupai Miss Terrorist #MissAmerica."

Hal yang ironis dan menyedihkan dari komentar-komentar tidak bertanggung jawab mengenai Miss America yang baru adalah bahwa Davuluri sebenarnya merupakan teladan dari impian Amerika. Ia dilahirkan di Syracuse, New York, dari keluarga imigran dan lulus dari University of Michigan dengan gelar sarjana dalam bidang perilaku otak dan ilmu kognitif (brain behavior and cognitive sciences). Ia menjadi seorang kontestan ajang ratu kecantikan demi membayar biaya kuliahnya dan menyelesaikan pendidikannya tanpa perlu diberikan pinjaman pelajar. Ayahnya merupakan seorang dokter dan ia mengatakan ia akan menggunakan beasiswa senilai $50.000 (setara Rp547.000.000), yang ia dapatkan dari memenangkan ajang Miss America, untuk meraih gelar sarjana kedokteran. 

Ia juga merupakan seorang gadis Amerika yang modern dan bangga dengan asal-usulnya. Ia mempelajari tarian tradisional India selama 15 tahun dan menampilkan sebuah tarian khas Bollywood dalam ajang pencarian bakat tersebut. Motonya saat mengikuti ajang Miss America adalah “merayakan keberagaman melalui kompetensi budaya,” dan ia mengatakan kepada Syracuse Post Standard bahwa ia meluruskan kesalahpahaman mengenai latar belakangnya - contohnya pemikiran bahwa kedua orang tuanya berencana menjodohkannya (kenyataannya tidak) -  saat ia melakukan kampanye selama setahun yang puncaknya adalah penyelenggaraan ajang Miss America yang disiarkan pada Minggu, 15 September.

Ketika diajukan pertanyaan dalam kontes tersebut mengenai pengakuan bintang TV Julie Chen yang menyatakan bahwa ia menjalani bedah kecantikan untuk membuat matanya tidak terlalu tampak seperti mata orang Asia, Davuluri memberikan jawaban yang diplomatis namun tegas, “Saya tidak setuju dengan operasi plastik, namun saya dapat memahami hal itu menggunakan sudut pandang,” ujarnya. “Lebih penting lagi, saya selalu memandang Miss America sebagai gadis yang sempurna. Dan Miss America selalu mengalami perubahan ... Saya tidak berniat mengubah penampilan seseorang. Percaya dirilah apa adanya.”

Dalam sebuah konferensi pers setelah penyelenggaraan kontes, Davuluri diminta untuk memberikan tanggapan mengenai komentar-komentar rasis yang ditujukan kepadanya. “Saya harus mengabaikan hal itu,” ujarnya. “Saya selalu memandang diri saya sebagai warga Amerika Serikat yang terdepan.” Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat tempat ia tinggal adalah negara yang majemuk dan bersatu. “Saya merasa bersyukur ada anak-anak yang menyaksikan acara ini di rumah dan dapat dapat melihat Miss America dengan wajah baru.”

Pada Senin, 16 September, beberapa orang yang sebelumnya mencaci Davuluri di Twitter menyesali perbuatannya, dengan meminta maaf atau bahkan menon-aktifkan akun Twitter mereka. (ab/ml)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top